Senin, 05 Maret 2012

Yuli Eko Sarwono, Guru Mapel Matematika Dengan Metode Gilanya

Badannya gempal, gaya bicaranya sering membuat kocak bagi yang mendengarkan. Itulah seklas sosok Yuli Eko Sarwono, guru mata pelajaran matematika SMP Negeri 19 Purworejo. Sekilas sangat kontra dengan profesi yang dimilikinya. Baiasanya sebagai guru matematika sangat lekat dengan keangkeran, keseriusan. Namun bagi bapak empat anak ini sangat berbeda.
Bahkan dengan metode-metodenya ia mendapat julukan siguru gila. Bagimana tidak, dengan metode pembelajaran yang kontekstual, bertumpuk-tumpuk alat peraga disediakan. Karena kelewat banyaknya peragaan yang ia miliki, akhirnya ia mendapat hadih sebuah ruangan kusus untuk menyimpan.

Ketika ditemui di sekolahnya beberapa waktu lalu, ia mengungkapkan awalnya dirinya tidak memiliki cita-cita menjadi guru. Sebagai anak sulung dari empat bersaudara dari seorang anggota TNI, ia merasakan pendidikan keluarga yang agak keras. Mungkin karena pendidikan kelurga itulah, ia menyenangi olah raga bela diri pencak silat.
Berkat kemampuan di cabang inilah, di usia belia sudah dipercaya sebagai pelatih di sebuah padepokan pencak silat. Waktu itu baru kelas satu SMA sudah menjadi seorang pelatih. Berawal dari profesi inilah, kemudian ia berkeinginan menjadi seorang guru.
Setelah lulus dari SMA Negeri Tidar tahun 1983, ia tercatat sebagai GTT di tiga sekolah swasta di Magelang. Ia mengampu pramuka, drama, dan baca pusi. Menurutnya, pencal silat sangat cocok dengan materi yang ia ampu, sebab gerakan gerakan jurus pada pencak silat penuh dengan unsur seni. Unsur inilah sangat sinergis dengan drama dan baca puisi, yang juga butuh sentuhan seni.
Agar bisa menjadi guru, kemudian mengikuti pendidikan guru SLTP (PGLSP) di Magelang. Seusai mengikuti pendidikan tersebut, tepatnya tahun 1989, ia mendaftar sebgai CPNS di Semarang. Ternyata lulus, dan ditempat di SMP Negeri 19 Purworejo sampai sat ini. Bahkan ia berkeinginan mengajar di sekolah tersebut, hingga pensiun nanti.
Sebagai guru mapel matematika, ia menggali metode-metode yang jitu agar siswa mudah dipahami. Sebab disadari, mapel matematika, dinilai masih menjadi mapel yang kurang disenangi siswa. Rasa tidak senang pada mapel akan berdampak pada guru pengampu. Maka ia berusaha agar siswa tertarik pada dirinya dan mapel yang ia bawakan. Caranya bersabar, mengalah. Namun dibalik itu, tunjukkan pada siswa bahwa ia mempunyai keunggulan dan kemampuan. Sehingga siswa akan simpati padanya.
Agar siswa lebih mudah menangkap apa yang disampaikan, metode pembelajarannya melaui alat-alat peraga-peraga. Berbagai peraga dipergunakan dari barang-barang bekas, seperti kertas, kaleng, dus susu dll. Bahkan ia tidak segan-segan membawa masuk sepeda motornya ke dalam kelas, sebagai alat peraga penghitungan lingkaran. Hasil karya siswa pun dipajang sebagai buah penghargaan.
Alat peraga tersebut semakin hari semakin menumpuk, hingga memenuhi ruangan. Oleh pihak sekolah, ia diberikan sebuah ruangan kusus, untuk memajang alat-alat peraga. “Metode boleh ditawar, tapi target harus terpenuhi. Dan sekarang perolehan nilai mapel matematika terus meningkat. Dari rata-rata lima koma sekian, terus meningkat, dan unas 2008 lalu, mecapai rata-rata 7,4” katanya.
Karena ide-ide kontekstualnya itulah, bapak dari empat orang anak, dan kakek dari seorang cucu, mendapat kesempatan mengisi acara pada sebuh stasiun televisi swasta, beberapa waktu lalu. Dan ia mendapat julukan guru dengan ide-ide gilanya.
Untuk mencukupi kebutujhan hidup keluarganya, dia tidak hanya menggantungkan dari gaji sebagi guru. Selepas mengajar, ia berkeliling berjualan bakso. Pagi sebelum berangkat mengajar berbelanja, kemudin bahan dimasak oleh isterinya. Pulang megajar, ia baru jualan keliling dengan gerobag.
“Waktu tertentu saat sekolah butuh konsentrasi pekerjaan dan menyita waktu, ya sementara waktu tidak jualan. Baru setelah senggang jualan lagi. Imbalannya pada suatu saat dapat borongan dalam partai besar. Misalnya ada hajatan temanten, kami mendapat borongan dengna omset jutaraan rupiah. Impas kan” kata Yuli sambil tertawa

source: http://www.purworejokab.go.id/news/seputar-pendidikan/659

Tidak ada komentar:

Posting Komentar